FILOSOFI HIDUP NASI TUMPENG

 FILOSOFI HIDUP NASI TUMPENG

Nasi Tumpeng merupakan "ilmu mawujud" ajaran adiluhung hakikat kehidupan yang diekspresikan  dalam penyajian kuliner.Nasi Tumpeng merupakan warisan budaya bangsa yang hingga kini tetap ada dan dilestarikan generasi bangsa.Dalam acara- acara tertentu Nasi Tumpeng beserta  "uba rampe"nya masih disajikan seperti dalam acara syukuran, memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan,dan sebagainya.

Lalu apa filosofi Nasi Tumpeng itu? Dikhawatirkan generasi muda  sekarang kurang memahami bagaimana  tata cara menyajikan tumpeng,apa maknanya sehingga paham bukan sekadar pelengkap saja.

Secara sinkat pembuatan Nasi Tumpeng yang sarat filosofi itu dimulai dari persiapannya, termasuk peralatannya.Setidaknya ada enam unsur utama dalam dunia makrokosmos dan mikrokosmos.

Api melambangkan cahaya matahari,tungku simbol bumi,dan dandang dimaksud sebagai lubang gunung.Air sebagai unsur terpenting sebagai sumber kehidupan,kukusan (kerucut ) kawah gunung berapi,kayu bakar unsur tumbuhan atau hutan, dan beras yang dimasak sebagai simbol kemakmuran.Warna putih beras sebagai lambang segala sesuatu yang kita makan harus bersumber dari yang bersih ( dalam agama disebut halal).Dalam tradisi Jawa, Nasi Tumpeng juga dilengkapi dengan lauk di antaranya berupa "ingkung"(ayam jago dimasak utuh) ,telur rebus,ikan air tawar,ikan asin,dan aneka sayuran dibumbu urap ( gudangan).

 Warisan budaya yang sarat filosofi falsafah kehidupan itu dihidangkan dalam "nyiru" atau tampah herbentuk bundar terbuat dari anyaman bambu.Pinggirnya dihias daun pisang "manggala" berbentuk segitiga dirangkai dengan lidi "kawung" sebagai perlambang sinar matahari.Manggala berarti penyampai hukum atau yang menguasai aturan,sedangkan kawung dari kata suwung yang berarti Sang Maha Kuasa.

 Nasi tumpeng berbentuk kerucut ( top of mountaint)sebagai simbol prosesi ritual penghambaan manusia kepada  Sang Khalik untuk menggapai kemuliaan dan kesempurnaan hidup.Meski wujudnya keeucut ,sesungguhnya penyajian Nasi Tumpeng terbagi menjadi 3 tangga / tingkatan yang mencerminkan tataran dimensi kehidupan manusia.

Paling bawah dihiasi aneka sayuran / gudangan sebagai lambang kemajemukan alam kehidupan manusia dalam jagad cilik ( mikrokosmos) maupun jagad gede ( makrokosmos).

Tangga kedua/ bagian tengah merupakan "laku hening dan khusuk dzikir kepada Tuhan menuju kesempurnaan hidup maupun kehidupan.

Tangga ketiga/ puncak tumpeng yang berupa kerucut sebagai isyarat penggapaian menuju kebahagiaan yang hakiki dalam berbagai wejangan ilmu "sangkan paraning dumadi"karena itulah puncak tumpeng ditancapkan cabe merah tegak lurus ke atas,tak lain sebagai pengingat agar manusia senantiasa mengingat Tuhan Yang Maha Esa. *



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " FILOSOFI HIDUP NASI TUMPENG"

Posting Komentar